Senin, 28 Desember 2009

Perilaku Konsumen 5


Otaku (Unique Consumer behavior)

Pernah dengar kata otaku?. Ini adalah sebutan untuk orang yang mempunyai kecintaan yang sangat besar pada suatu produk tertentu. Kata otaku bisa disejajarkan dengan mania, core-user, atau freak. Otaku adalah golongan konsumen yang tidak segan-segan menyisihkan uang dan waktu untuk barang yang mereka gemari. Mereka juga sering menjadi agen informasi tentang produk-produk yang bersangkutan. Otaku sendiri dalam bahasa jepang berarti anda atau kamu. Kata ini sering digunakan oleh para mania anime SF untuk menyebut orang kedua. Produk yang banyak digemari otaku adalah komik, anime, game, komputer, mobil, kamera sampai idola. Pada awalnya, otaku mempunyai image yang kurang baik dalam masyarakat Jepang, karena cenderung unik tapi kebanyakan orang memandangnya sedikit aneh. Mereka sering dimarginalkan dari masyarakat sekelilingnya. Makanya mereka lebih suka menghindar dari orang banyak atau merahasiakan bahwa dia seorang otaku. Tapi beberapa tahun terakhir, ada perubahan yang cukup besar. Mereka kini lebih berani untuk menunjukan eksistensinya dan mengakui ke-otaku-annya. Salah satu penyebabnya adalah penayangan drama Densha Otoko (lelaki kereta) yang menceritakan kisah cinta seorang otaku(Atsushi Ito) dengan wanita cantik (Misaki Ito) cucu pemilik perusahaan besar. Dari sudut marketing, keberadaan otaku semakin dianggap penting. Otaku adalah core customer yang berkotribusi banyak terhadap profit perusahaan. Otaku juga menjadi sumber informasi yang penting karena pendapat mereka sering digunakan oleh konsumen lain dalam memutuskan pembelian. Selain itu, akhir-akhir ini otaku sudah mulai mempengaruhi konsumen di luar negeri dan pengaruhnya ini bisa membuat peluang baru bagi perusahaan untuk menciptakan pasar di luar.

Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan antara otaku dengan non-otaku. Pertama dari cara berpakaian. Secara umum otaku sering memakai kemeja panjang yang dikancingkan sampai atas, membawa tas gendong, memakai sepatu sneaker, ikat kepala, dan sering membawa kantung kertas. Mereka sering membentuk komunitas dan berkumpul di daerah Akihabara, suatu daerah di Tokyo yang menjadi “tempat suci” bagi mereka. Diantara komunitas otaku, ada istilah-istilah yang khusus mereka pakai ketika berada di dalam komunitasnya. Misalnya ada kata “moe” yang dipakai untuk mengungkapkan rasa kagum dan senang terhadap sesuatu. Kata ini tidak umum dipakai diluar komunitas otaku. Kalau kita pergi ke Akihabara, dengan mudah kita bisa menemui tempat-tempat yang berhubungan dengan otaku. Selain toko-toko yang menjual produk-produk yang berhubungan dengan anime dan komik, kita juga bisa melihat street live idol-idol yang memakai kostum anime tertentu. Ada juga maid cafe, cafe yang pelayannya berpakaian pembantu dan melayani tamu yang datang seperti juragan mereka. Bagi para otaku, tempat ini adalah tempat yang membuat mereka “moe” (baca:senang).

Dilihat dari segi perilakunya, otaku mempunyai perilaku khusus yang berbeda dengan konsumen lain. Pertama, mereka senang mengoleksi produk-produk yang mereka gemari. Semakin lengkap koleksinya maka semakin tinggi rasa kepuasan mereka. Kadang mereka tidak ragu untuk mengeluarkan uang yang banyak untuk melengkapi koleksinya. Kedua, otaku biasanya mencari teman yang mempunyai kegemaran yang sama. Biasanya mereka membetuk komunitas yang isinya adalah sesama otaku. Dalam komunitas itu mereka saling berbagi informasi dan membuat kegiatan-kegiatan tertentu. Ketiga, otaku biasanya memiliki pengetahuan yang lebih daripada konsumen biasa dan mereka senang untuk membagikan pengetahuannya itu kepada orang lain. Keempat, banyak otaku yang mempunyai kreativitas yang tinggi. Mereka senang mengotak-atik produk yang mereka gemari untuk membuat sesuatu yang baru. Misalnya otaku komputer senang menambah hardware komputernya untuk meningkatkan fungsinya.





Dari hasil survey yang dilakukan oleh Nomura Research Institute (NRI), dilaporkan bahwa populasi otaku di Jepang adalah sekitar 1 juta 720 ribu jiwa. Skala pasar mereka diperkirakan lebih dari 400 milyar yen atau 3.2 triliun rupiah. Dari segi produk, pasar otaku komik menduduki peringkat pertama yang diikuti oleh anime, idol, game, komputer dan mobil. Dari sini kita bisa tahu bahwa pasar otaku terlalu besar untuk diabaikan. Untuk itu perusahaan harus memberi perhatian ekstra terhadap mereka kalau ingin meningkatkan profit. Dengan kata lain, perusahaan harus bisa merebut hati para otaku supaya mereka berada di pihak perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan mengecewakan otaku, akibatnya akan fatal karena otaku bisa dengan cepat menyebarkan informasi tentang ketidakpuasannya kepada konsumen lain.

Lalu strategi marketing apa yang sebaiknya digunakan supaya perusahaan bisa merebut hati para otaku. Menurut peneliti dari NRI, ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan selain faktor 4P marketing. Pertama adalah koleksi, seperti disebutkan diatas bahwa otaku senang mengoleksi produk kesukaannya, maka perusahaan sebaiknya merancang produk line yang merangsang otaku untuk mengoleksinya. Kadang ada produk yang sebaiknya diproduksi dengan terbatas untuk meningkatkan nilainya karena langka. Yang kedua adalah kreativitas. Produk sebaiknya dibuat dalam bentuk suku cadang atau part sehingga bisa memberi kesempatan kepada otaku untuk membuat kombinasi baru yang menarik. Tentu saja ini tergantung dari produknya. Untuk produk seperti mobil, part-part untuk meningkatkan suspensi atau interior akan memberikan kesempatan bagi otaku untuk menyalurkan aktivitasnya, dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan mereka. Faktor yang ketiga adalah komunitas. Perusahaan dianjurkan untuk membentuk atau memfasilitasi komunitas otaku penggemar produk mereka. Seperti disebutkan diatas, otaku mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk membentuk komunitas yang menghargai keberadaan mereka. Dengan membentuk komunitas otaku, mereka akan merasa kebutuhannya terpenuhi dan dengan sendirinya menyebarkan berita yang positif tentang perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar