JENIS ANGGARAN YANG TERMASUK DALAM JARINGAN KERJA ANGGARAN INDUK
1. Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan pendukung utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensip perusahaan. Sebab jika anggaran penjualan bersifat tidak realistis seperti "over convidance" atau terlalu percaya diri maka sebagian besar bagian dari rencana laba keseluruhan juga akan ikut tidak realistis.
Adapun defenisi dari anggaran penjualan itu sendiri adalah "Anggaran yang menerangkan secara terperinci tentang penjualan perusahaan dimasa datang dimana didalamnya ada rencana tentang jenis barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang.
Anggaran penjualan perlu dikembangkan dengan teliti agar anggarananggaran operasi dan anggaran finansial saling isi mengisi dan saling memantau dalam menyusun rencana anggaran komprehensip. Agar anggaran penjualan lebih teliti dan meyakinkan maka diperlukan "Tim Peramal Penjualan" yang terdiri dari beberapa ahli dari bidang distribusi dan didukung oleh ahli-ahli bidang keuangan, produksi dan dari bidang lainnya. Peramalan penjualan akan menilai target penjualan yang akan dicapai sebagai dasar penjualan.
Sebaliknya, rencana anggaran penjualan dapat dipergunakan untuk menyusun pembuatan bagian-bagian dari anggaran-anggaran lainnya.
Tujuan utama dari anggaran penjualan adalah:
1. Mengurangi ketidakpastian dimasa depan
2. Memasukkan pertimbangan /keputusan manajemen dalam proses perencanaan
3. Memberikan informasi dalam profit planing control
4. Untuk mempermudah pengendalian penjualan
Suatu anggaran penjualan yang lengkap sebaiknya menunjukkan gambaran sebagai berikut :
·. Penjualan dirinci menurut bulan, kwartalan, semester dan tahunan.
·. Penjualan dirinci menurut jenis-jenis produk
·. Penjualan dilakukan menurut daerah pemasaran
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan anggaran penjualan antara lain:
·. Penelitian dan peramalan penjualan
·. Fungsi anggaran penjualan
·. Tahap-tahap peramalan penjualan
·. Metode peramalan penjualan
1.1 Penelitian dan Peramalan Penjualan
Pada umurnnya apa yang direncanakan pada anggaran penjualan merupakan dasar perencanaan dari seluruh komponen anggaran lainnya, artinya perencanaan penjualan merupakan "kunci keberhasilan dari rencana anggaran komprehensip. Taksiran proyeksi volume penjualan yang realistis akan menggambarkan suatu rencana penjualan yang cukup tepat dan hampir mendekati penjualan yang sebenarnya, paling tidak memenuhi target dan tidak mengalami penyimpangan yang terlalu jauh.
Proyeksi volume penjualan yang teliti adalah hasil dari ramalan penjualan yang teliti. Peramalan penjualan yang teliti akan tergantung dari beberapa segi yang harus diperhatikan yaitu dari segi intern dan ekstern perusahaan.
Adapun contoh-contoh dari fakta intern/control label factor ialah:
* Modal yang dimiliki * Kapasitas produksi
* Kemungkinan investasi * Sumber daya manusia
* Kebijakan perusahaan * Hasil penjualan tahun lalu
Sedang contoh-contoh dari factor ekstern /uncontrollabel factor ialah:
* Keadaan pasar * Posisi perusahaan dalam pasar tersebut
* Persaingan * Tingkat pertumbuhan penduduk
* Selera konsumen * Kebiasaaan di masyarakat
* Adat istiadat * Tingkat penghasilan masyarakat
* Keadaan perekonomian nasional * Kemajuan teknologi
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa dalam faktor intern perusahaan pada umumnya dapat diawasi, sebab masalahnya bagi perusahaan semata-mata adalah kemampuan manajemen untuk mengelola faktor-faktor produksi yang tersedia. Tapi bagaimanapun, faktor-faktor ekstern perlu diperhitungkan kemungkinannya dan kemungkinan inipun sulit diketahui maupun diramalkan sehingga sering dianggap sebagai faktor yang diluar dugaan.
1.2 Fungsi Anggaran Penjualan
Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan dapat disimpulkan sebagai berikut :
·. Anggaran penjualan adalah dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan pada umumnya.
Anggaran penjualan terlebih dahulu disusun baru kemudian komponen-komponen anggaran lainnya, sehingga dapat menggambarkan suatu rencana anggaran komprehensip. Kemudian tahap berikutnya segera dapat menyusun anggaran produksi untuk memenuhi jumlah barang jadi yang harus segera di produksikan untuk memenuhi penjualan.
·. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap pelaksanaan divisi Pemasaran.
Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi adalah untuk memantau tugas kepada divisi produksi supaya jangan kehabisan persediaan barang jadi dan sebaliknya anggaran produksi memantau kebagian pembelian, sehingga terdapat keserasian dalam membentuk anggaran komprehensip.
·. Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian
Anggaran penjualan berarti penetapan target-target penjualan atas setiap anatomi organisasi pemasaran yang dilakukan oleh para penjual, pengawas penjual dan manajer-manajer pemasaran. Pihak-pihak diatas perlu diorganisasikan sesuai dengan daerah-daerah pemasaran guna mencapai target penjualan yang tertera pada anggaran penjualan.
·. Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen
Keberhasilan suatu anggran konprehensif dalam suatu perusahaan tergantung kepada keberhasilan anggaran penjualan. Sebaliknya dengan tersusun anggran penjualan secra terperinci memungkinkan manajemen lebih gampang untuk menyusun anggran lainnya adalah berpedoman kepada anggran penjualan.
1.3 Tahap-tahap Peramalan Penjualan
Tahap-tahap peramalan penjualan dapat dibagi atas beberapa analisa sebagai berikut:
·. Analisa penjualan
Analisa penjualan pada masa yang lalu, merupakan analisa bulanan, kuartalan, tahunan ataupun triwulan dan panca tahunan, yang berhubungan dengan analisa produk, daerah pemasaran, langganan maupun pesanan atas barang-barang. Analisa penjualan adalah suatu analisa tentang penjualan yang berhubungan erat dengan daerah pemasaran, produk, langganan, pesanan dan lain-lain.
·. Analisa pasar
Analisa pasar sangat penting sekali mengingat taksiran permintaan ataupun potensi penjualan, dengan cara menentukan porsi pasar suatu barang tertentu. Analisa pasar jangka panjang dan jangka pendek diadakan melalui peramalan penjualan dengan mempelajari potensi permintaan. Selain itu beberapa segi yang perlu dianalisa dalam penelitian pemasaran antara lain adalah peramalan penjualan, caracara pemasaran, peranan reklame dan promosi, penentuan lokasi perusahaan, penelitian selera konsumen, analisa produk dan penentuan harga jual.
•. Analisa fungsi produksi
Analisa fungsi produksi merupakan kemampuan manajemen dalam pengalihan faktor-faktor produksi yang tersedia menjadi produksi sehingga tersedianya kuantitas penjualan tergantung kepada kuantitas produksi yang akan dihasilkan sesuai dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
2. Anggaran Produksi
Anggaran produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin-mesin, dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang pada suatu priode tertentu dimasa depan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau diramalkan. Dan adapun tujuan dari perencanaan produksi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu, misalnya berapa hasil yang diproduksi supaya dapat dicapai tingkat keuntungan dengan persentase tertentu dari keuntungan setahun terhadap penjualan yang diinginkan.
b. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil perusahaan ini tetap mempunyai market share tertentu.
c. Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini bekerja pada tingkat efisien tertentu.
d. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada dapat sernakin berkembang.
2.1 Prosedur Anggaran Produksi
Suatu produksi dapat berjalan dengan lancar apabila interaksi antara faktorfaktor produksi yang digunakan. Apabila hal tersebut dilakukan dengan sempurna maka akan menghasilkan output yang baik. Dengan adanya pengaturan dalam faktor-faktor produksi tersebut dapat diperbaiki tingkat efektifitas dan efisiensi proses produksi yang akhirnya tujuan manajemen produksi akan dapat dicapai dengan baik.
Pengolahan faktor-faktor produksi yang ada sebaiknya dilakukan berdasarkan kesempatan yang dimiliki selanjutnya dipilih kesempatan yang mana dapat dicapai, sebenarnya sangat banyak kesempatan terbuka untuk dilaksanakan, tetapi karena adanya keterbatasan dalam faktor-faktor produksi, maka harus dilakukan suatu prosedur sesuai dengan jenis usaha dan kegiatan yang dilakukan. "Secara formal dapat dinyatakan bahwa prosedur merupakan bagian dari urutan kronologis dan cara yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Urutan kronologis tugastugas merupakan ciri khas dari setiap prosedur, sebuah prosedur menunjukkan bagaimana masing-masing tugas akan dilaksanakan dan siapa yang akan melaksanakannya".
Untuk itu peranan prosedur perencanaan produksi dalam setiap perusahaan sangat besar, karena seluruh tugas yang dilakukan dalam proses produksi harus ditetapkan dalam rencana. Dalam menetapkan prosedur perencanaan maka pimpinan harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan maupun serangkaian tujuan
b. Merumuskan keadaan saat ini
c. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran Produksi
Untuk dapat membuat suatu perencanaan yang baik haruslah diperhatikan masalah yang terdapat didalam perusahaan dan masalah-masalah yang datangnya
dari luar perusahaan. Masalah tersebut seperti kapasitas mesin dan peralatan produktifitas, tenaga kerja, kemampuan pengadaan, dan penyediaan bahan baku yang merupakan variabel-variabel dibawah kekuasaan pimpinan perusahaan. Sedangkan masalah yang datang dari luar perusahaan berupa kebijaksanaan pemerintah, inflasi, bencana alam, dan sebagainya. Selain dari masalah diatas, perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a.Sifat dari proses produksi
b. Jenis dan mutu barang yang diproduksi
c. Jenis barang yang.diproduksi
a. Sifat dari proses produksi
Sifat dari proses produksi dapat dibedakan atas proses:
1. Proses produksi terputus-putus (intennitten proces).
Proses yang aliran barang baku sampai menjadi produksi akhir perusahaan tidak mempunyai pola yang pasti atau berubah-ubah contohnya perusahaan percetakan, jasa, reprerasi, pabrik, kapal, dan sebagainya.
2. Proses produksi terus menerus (continuous process)
Pada perusahaan yang menyusun perencanaan produksi yang berdasarkan proses produksi terus menerus, melakukan perencanaan produksinya berdasarkan ramalan penjualan, dimana kegiatan produksi tidak dilakukan menurut pesanan akan tetapi untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar, serta berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu.
b. Jenis dan mutu dari barang yang diproduksi
Ada beberapa hal yang mengenai jenis dan sifat produksi yang perlu diketahui dan diperhatikan perusahaan dalam menyusun perencanaan produksi:
1. Mempelajari dan menganalisa jenis barang yang diproduksi sejauh mungkin
2. Apakah produk yang diproduksi itu merupakan konsumen goods.
3. Sifat dan produksi yang akan dihasilkan apakah merupakan barang yang akan tahan lama atau tidak.
4. Sifat dari produksi dan permintaan barang yang akan dihasilkan apakah musiman atau sepanjang masa.
c. Sifat dan barang yang diproduksi apakah barang baru atau barang lama
Jika akan dihasilkan barang yang baru maka diadakan riset pendahuluan mengenal:
1. Lokasi perusahaan, apakah perlu diletakkan berdekatan dengan sumber bahan mentah ataukah dekat dengan pasar.
2. Jumlah barang yang akan diproduksi
3. Sifat permintaan barang ini apakah musiman atau sepanjang masa.
4. Dalam hal-hal yang dibutuhkan untuk memulai produksi tersebut.
3. Anggaran Bahan Baku
3.1 Budget Kebutuhan Bahan Baku
Pengertian Budget ini ialah: Budget yang merencanakan secara lebih terperinci jumlah unit bahan mentah yang diperlukan untuk penyelenggaraan proses produksi secara periode yang akan datang, sebagai dasar untuk penyusunan budget pembelian bahan mentah dan budget biaya bahan mentah.
Adapun bahan baku yang dipakai dalam suatu pabrik secara tradisional dibagi menjadi bahan langsung dan bahan tak langsung (bahan pembantu). Bahan langsung pada umumnya menyatakan semua bahan baku yang menjadi bagian terpadu dari produksi jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok produk barang jadi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunannya, yaitu:
1) Budget unit yang diproduksi, khususnya tentang kualitas, kuantitas barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
2) Berbagai standar pemakaian bahan dari masing-masing jenis bahan mentah untuk proses produksi yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu :
a) Berdasarkan data historis (pengalaman masa lalu), dengan cara membandingkan jumlah produk pada suatu periode dengan jumlah bahan mentah yang dipergunakan pada periode yang sama. Tetapi apabila pengalaman yang lalu merupakan pengalaman yang kurang menguntungkan (terjadi pemborosan bahan mentah) maka standar pemakaian bahan mentah untuk periode yang akan datang merupakan standar yang paling ideal.
b) Berdasarkan pada penelitian khusus, yang dilakukan dengan mengukur serta meneliti beberapa produk barang jadi yang dihasilkan perusahaan, mengadakan penelitian laboratoris seperti produk obat-obatan, kosmetik dan minuman, dan mengadakan percobaan proses produksi sambil mengukur serta menghitung jumlah unit bahan mentah yang digunakan selama percobaan tersebut berlangung.
3.2 Budget Pembelian Bahan Baku
Adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang pembelianpembelian bahan mentah selama periode yang akan datang, yang berguna secara khusus sebagai dasar untuk penyusunan budget biaya bahan mentah, penyusunan budget utang dan budget kas.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan budget pembelian bahan mentah ialah :
a) Budget unit kebutuhan bahan mentah, khususnya rencana tentang jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan mentah yang dibutuhkan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
b) Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan pada setiap melakukan pembelian bahan mentah (set up cost). Bila setiap kali melakukan pembelian bahan mentah, biayanya terlalu besar, akan mendorong perusahaan untuk tidak sering melakukan transaksi pembelian bahan mentah, begitu juga sebaliknya sehingga perusahaan akan melakukan pembelian dalam jumlah yang kecil.
c) Biaya yang dianggap oleh perusahaan sehubungan penyimpanan barang di gudang. Bila biaya-biaya dan resiko penyimpanan yang harus ditanggung cukup mahal maka akan mendorong perusahaan untuk mempunyai persediaan bahan mentah dalam jumlah yang kecil dan apabila biayanya kecil akan mendorong perusahaan melakukan penyimpanan dalam jumlah yang besar.
d) Fluktuasi harga bahan mentah dari waktu-waktu yang akan datang. Bila ada kecendrungan harga bahan mentah naik akan mendorong perusahaan melakukan pembelian dalam jumlah yang besar dan bila harga cenderung murah maka perusahaan akan mengurangi pembelian.
e) Tersedianya bahan mentah di pasar. Bilamana bahan mentah tidak selalu tersedia dalam jumlah yang tidak banyak di pasar maka cenderung akan mendorong pembelian yang besar, dan jika persediaan bahan mentah sedikit maka perusahaan akan melakukan pembelian dalam jumlah yang kecil.
f) Modal ketja yang tersedia. Bilamana perusahaan mempunyai modal yang cukup akan memberikan kemungkinan untuk melakukan pembelian-pembelian bahan mentah dalam jumlah yang sangat besar, begitu juga sebaliknya.
g) Kebijaksanaan perusahaan di bidang persediaan bahan mentah (inventory policy). Bila persediaan bahan mentah yang ditetapkan oleh perusahaan besar akan mendorong pembelian bahan mentah juga dalam jumlah yang besar. Kebijaksanaan di bidang persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan:
1. Fluktuasi Produksi
2. Fasilitas tempat penyimpanan
3. Biaya-biaya yang timbul selama masa penyimpanan
4. Tingkat perputaran persediaan bahan mentah
5. Lamanya lead time (waktu tunggu)
6. Modal kerja
Pendekatan yang terkenal untuk menghitung kuantitas pesanan ekonomi (EOQ) menggunakan rumus berikut ini:
EOQ= √(2AO) / C
A = Kuantitas yang dipergunakan dalam setahun (unit)
O = Biaya rata-rata tahunan untuk menempatkan pesanan
C = Biaya penyimpanan tahunan untuk menyimpan satu unit dalam persediaan selama satu tahun (misalnya, penyimpanan, asuransi, laba atas investasi dalam persediaan)
diolah dalam proses produksi. Adapun metode pembukuan bahan mentah itu ialah:
1. Metode FIFO (First In First Out)
Dalam metode ini, nilai (harga) dan bahan mentah yang diolah lebih awal didasarkan pada nilai (harga) bahan mentah yang dibeli lebih awal, begitu juga sebaliknya.
2. Metode LIFO (Last In First out)
Nilai (harga) dan bahan mentah yang diolah lebih awal didasarkan pada nilai (harga) bahan mentah yang dibeli lebih akhir, demikianjuga sebaliknya.
3. Moving Average
Yaitu metode yang menganggap nilai (harga) bahan mentah yang diolah berdasarkan nilai (harga) rata-rata pembelian bahan mentah yang pernah dilakukan oleh perusahaan sejak awal sampai dengan yang terakhir.
4. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung merupakan unsur penting yang akan dikendalikan biayanya, Karena tenaga kerja langsung salah satu unsur pembentuk harga pokok produksi. Tanpa adanya pengendalian tenaga kerja langsung yang baik, maka besar kemungkinan bahwa biaya tenaga kerja langsung ini menjadi lebih besar dari biaya yang sewajarnya, sehingga harga pokok produksi akan menjadi bertambah besar. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan daya saing perusahaan.
4.1 Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja
Secara struktural, anggaran tenaga kerja harus sesuai dengan struktur rencana tahunan, oleh karena itu anggaran ini harus menunjukkan biaya dan jam kerja langsung menurut tanggung jawab, menurut waktu, dan menurut produk. Apabila waktu kerja standar dan tarif upah rata-rata dikembangkan dengan cara yang sehat yang mungkin dapat diterapkan sehingga penyusunan budget tenaga kerja dapat dengan mudah dilaksanakan.
Biaya kerja langsung sehari-hari terlepas dari pengawasan langsung. Banyak perusahaan mengembangkan standar-standar kerja yang realistis untuk banyak aktivitas. Standar ini dibandingkan dengan hasil sebenarnya dan dilaporkan setiap hari.
Laporan ini pada dasarnya menunjukkan:
1. Jam yang dikerjakan sebenarnya
2. Jam standar untuk produksi sebenarnya
3. Selisih waktu
Disamping biaya kerja langsung sehari-hari, kadang laporan juga dibuat bulanan. Di dalam laporan ini harus menyajikan imformasi yang sebenarnya, menurut tanggung jawab mengenai kerja langsung yang dibandingkan dengan standart-standart yang telah ditetapkan. Laporan ini dimaksudkan manajemen untuk menilai status pengendalian. Laporan ini menggugah manajemen untuk melakukan efisiensi operasi yang lebih tinggi. Laporan pelaksanaan kerja langsung dapat berupa:
1. Laporan-laporan tersendiri
2. Dimasukkan dalam laporan departemen
4.2 Perencanaan Upah Tenaga Kerja Langsung
Pada dasarnya Budget tenaga kerja sangat berhubungan erat dengan rencana laba tahunan, mengingat upah tenaga kerja merupakan pas biaya yang paling besar jika dibandingkan dengan biaya lainnya. Budget tenaga kerja harus dikembangkan menurut jam kerja langsung dan biaya kerja langsung dan juga harus dikembangkan menurut tanggung jawab dan menurut priode antara, hal, ini penting untuk penaksiran biaya produksi tiap produk. Banyak perusahaan mengembangkan label-label tenaga kerja sebagai cara untuk membantu dalam merencanakan dan mengendalikan seluruh upah tenaga kerja. Dan perusahaan juga harus menetapkan sistem upah yang digunakan, dibawah ini ada beberapa sistem upah, yaitu:
1. Sistem upah harian
2. Sistem upah perpotong
3. Sistem upah bonus
Berdasarkan sistem upah harian tiap karyawan diberi suatu jumlah untuk satu hari kerja. Satu jumlah jam kerja tertentu biasanya terdiri hari standart dan oleh karena sistem upah harian sama dengan sistem upah per jam. Sistem upah perpotong berdasarkan jumlah upah dari pada jumlah barang produksi yang diproduksi karena menurut teori karyawan harus dibayar menurut hasil kerja nyata. Dalam sistem upah bonus setiap karyawan dibayar secara harian didalam memproduksi sejumlah minimum tertentu, dan untuk jumlah diatas minimum karyawan menerima tambahan kompensasi berupa bonus yang biasanya menurut jumlah potongannya. Dari penjelasan dari sistem upah ini, jelaslah sistem upah perpotonglah yang sesuai dengan atau untuk budget tenaga kerja.
Disamping mengenai sistem upah, laporan produksi yang dibuat didalam pabrik harus menunjukkan dan menggambarkan banyaknya jumlah barang yang diproduksi atau unit yang diproduksi dalam satu hari atau jam. Dalam laporan tenaga kerja harus menunjukan ongkos tenaga kerja produk itu, sehingga ongkos persatuan tenaga kerja dapat dengan segera ditentukan. Namun perlu diketahui bahwa dalam penyusunan Budget tenaga kerja perlulah kiranya kita membuat suatu perencanaan waktu kerja standart. Di dalam perencanaan waktu kerja standart ada empat macam rancangan yang umum digunakan, diantaranya adalah:
1. Studi-studi waktu dan gerak
Di dalam studi ini di analisa kerja yang dibutuhkan suatu produk (per departemen) dengan memperinci sederetan operasi atau aktivitas. Pada umumnya analisa ini dilakukan oleh para insinyur. Hasil dari analisa ini dapat digunakan sebagai dasar input dasar guna pengembangan kebutuhan-kebutuhan jam kerja langsung untuk memenuhi kebutuhan produksi yang telah direncanakan. Studi ini umumnya merupakan pendekatan kearah penetapan waktu kerja standart
2. Biaya standart
Penelahaan seksama jam kerja langsung pada dasarnya harus dilakukan mengingat didalam akuntansi biaya digunakan biaya-biaya standart. Didalam biaya standart, penyimpangan-penyimpangan pasti terjadi. Dan penyimpangan tersebut harus dibudgettir dari jam-jam kerja standart yang dimasukkan dalam rencana laba tahunan.
3. Penaksiran langsung oleh pengawas
Untuk melakukan penaksiran ini pengawas harus bertumpu pada:
a. Pertimbangan
b. Pelaksanaan oleh departemen yang dilaporkan dari priode berjalan c. Bantuan dari pengawas.
4. Taksiran-taksiran statistik oleh kelompok staf
Pendekatan ini sering digunakan untuk departemen produksi yang menghasilkan produk lebih dari satu Rasio historis jam kerja langsung terhadap sesuatu ukuran produksi fisik dihitung dan kemudian disesuaikan dengan perobahan-perobahan yang direncanakan dalam pusat tanggung jawab itu. Kebenaran perhitungan ini tergantung pada kebenaran catatan-catatan biaya. Kelemahan metode ini ialah pemborosan-pemborosan diwaktu lalu diproyektir kewaktu akan datang.
4.3 Tarif tenaga kerja
Jika mungkin untuk mengaitkan jumlah produksi dengan jam kerja langsung dan terhadap rencana tarif upah untuk tiap departemen produksi, maka perhitungan biaya kerja langsung hanya menyangkut perkalian satuan dengan yang lainnya. Dalam suatu perusahaan tertentu mungkin terdapat satu departemen produksi atau lebih dimana pendekatan langsung ini lebih praktis penggunaannya.
Penentuan tarif upah langsung rata-rata dalam suatu departemen produksi atau pusat biaya tertentu biasanya tidak menimbulkan suatu problema yang gawat. Ancangan demikian yang dipilih menaksir tarif-tarif dengan jalan menghitung tenaga kerja langsung di departemen ini dan tarif upah mereka yang diharapkan. Kemudian menghitung rata-ratanya.
Suatu pendekatan yang kurang cermat terhadap suatu penentuan rasio historis antara uapah yang dibayar dengan jam kerja langsung yang dikerjakan di departemen produksi. Rasio historis ini kemudian disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang telah berubah atau memang diharapkan berubah. Perlu dipahami, bahwa upah rata-rata yang didasarkan pada data historis hanya berguna untuk perencanaan waktu yang akan datang apabila terdapat konsistensi-konsistensi dalam aktivitas dan jam-jam yang dikerjakan ditetapkan dengan tarif yang berbeda.
Dalam beberapa hal, besar departemen, diversivitas pekerjaannya, dan variasi-variasi dalam upah per jam dapat berbeda, sehingga departemen ini harus dibagi lebih lanjut menjadi pusat-pusat biaya. Kemudian untuk rnasing-masing pusat biaya harus direncanakan taksiran kerja langsung dan tarifupah rata-rata tersendiri.
Jika departemen akuntansi biaya menggunakan sistem harga pokok standart, maka tarif upah standart yang digunakan untuk hal ini (penyusunan budget tenaga kerja) akan tetapi kita perlu membudgetir selisih-selisih tarif upah tertentu antara kelonggaran-kelonggaran perencanaan budget.
5. Anggaran Overhead
Anggaran biaya yang mempunyai kerurnitan tersendiri adalah anggaran biaya overhead, yaitu anggaran biaya yang berisikan biaya-biaya selain dari biaya bahan baku dan tenaga kerja, yang ada pada proses produksi di perusahaan.
Kerumitan tersebut disebabkan karena banyak jenisnya, terutama dalam masalah pembebanan yang dilakukan oleh perusahaan dan dalam pengendalian biayanya. Disamping itu kerumitan lain adalah bahwa biaya overhead tersebut tidak dapat ditelurusi dengan gampang dari produknya secara fisik.
Karena kerumitan inilah, maka pihak manajemen harus dengan bijaksana dan hati-hati membuat keputusan yang menyangkut masalah biaya overhead ini, agar tidak terjadi suatu anggaran yang menyimpang terlalu besar.
5.1 Kebijaksanaan Manajemen Dalam Membuat Anggaran Overhead
Penyusunan anggaran biaya overhead dilakukan setelah diadakan penyusunan anggaran biaya produksi, dimana dengan dibuatnya anggaran biaya produksi, maka dapat diperkirakan kebutuhan biaya overhead di perusahaan tersebut.
Biaya overhead itu merupakan suatu biaya yang keseluruhan biayanya berhubungan dengan proses produksi pada suatu perusahaan, akan tetapi tidak mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksinya. Biaya ini ada yang bersifat tetap, variabel dan semi variabel terhadap produk yang dihasilkan.
Jadi secara umum yang termasuk dalam kelompok biaya ini adalah antara lain: bahan tidak langsung, energi dan listrik, pajak bumi dan bangunan, ansuransi pabrik, dan biaya lainnya yang bertujuan untuk mengoperasikan pabrik.
Banyak kesulitan yang timbul dalam menghitung biaya overhead, ini disebabkan biaya overhead mempunyai jenis yang sangat banyak dan mempunyai sifat yang berbeda-beda antara satu jenis dengan jenis yang lainnya.
Bagaimana pengendalian biaya overhead, adalah suatu pertanyaan yang harus dapat dipecahkan di perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan pada siapa yang bertanggung jawab pada biaya tersebut.
Ada dua pusat tanggung jawab yang mengendalikan biaya overhead, yaitu departemen produksi dan departemen jasa. Departemen produksi adalah departemen yang telibat langsung dalam mengelola produk dengan mengubah bentuk, potongan, sifat bahan yang dikerjakan ataupun dengan cara merakit suku cadang menjadi satu barang jadi.
Sedangkan departemen jasa ialah memberikan jasa yang secara tidak langsung membentuk pengelolaan produk tanpa mengadakan perubahan dalam potongan, bentuk maupun sifat bahan yang diolah menjadi barang jadi.
Kendati tidak ada ketentuan yang mantap dan pasti untuk mengatasi masalah pembentukan departemen produksi dalam rangka kalkulasi dan pengendalian biaya, pendekatan yang paling umum dilakukan adalah membagi pabrik menurut ini kegiatan fungsional dan menempatkan kegiatan atau kumpulan kegiatan tertentu dibawah satu departemen.
Penentuan jenis dan banyaknya departemen jasa harus memperhatikan jumlah karyawan yang diperlukan untuk setiap fungsi pelayanan, biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut, pentingnya pelayanan tersebut dan penetapan tanggung jawab.
Jasa tertentu, yang tidak dapat ditentukan apakah harus ditetapkan ke fungsi produk atau jasa, dapat dikumpulkan dalam suatu kelompok biaya umum pabrik.
Problema yang sering ditemukan pihak manajemen dalam perencanaan dan pengendalian biaya, ialah bagaimana memilih suatu ukuran volume, produksi atau aktivitas untuk setiap pusat pertanggung jawaban.
Jika suatu departemen hanya memproduksi satu jenis produk atau memberikan suatu jenis jasa saja maka produksi departemen ini dapat diukur sebaik-baiknya dengan produk atau jasa tersebut.
Sebaliknya apabila suatu departemen memproduksi serentak bermacammacam produk atau memberikan bermacam-macam jasa, maka pengukuran produksi ini menjadi sulit, oleh karena kondisi inilah pihak manajemen dihadapkan pada masalah pemilihan pengukuran yang ditetapkan pada masing-masing jenis produk atau jasa, sehingga kumpulan produksi dapat dinyatakan sebagai suatu jumlah tunggal untuk tugas-tugas tertentu.
6. Anggaran Persediaan
Anggaran Persediaan merupakan jumlah persediaan yang dibutuhkan untuk bahan baku langsung dan persediaan produk jadi untuk anggaran harga pokok produk dijual dan neraca dianggarkan secara terinci untuk persediaan akhir yang diharapkan dan unit produk yang terjual.
6.1 Persedian Pada Perusahaan
Pada dasarnya jenis pesedian kalau dilihat dari sifat operasi perusahaan akan dapat dibedakan atas:
a. Persediaan pada perusahaan dagang
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatannya membeli barang untuk kemudian menjualnya kembali tanpa melakukan perubahan yang prinsipil terhadap barang itu. Persedian yang ada dalam perusahaan degang lazim dinamakan dengan persediaan barang degangan atau merchandise inventory yang dimaksud dengan merchandise inventory adalah :
Persedian barang yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan bentuk dari barang yang bersangkutan
b. Persediaan pada perusahaan industri
Perusahaan industri merupakan perusahaan yang kegiatannya merubah atau menambah daya guna bahan baku menjadi bahan baku atau barang jadi. Persediaan yang terdapat pada perusahaan industri terdiri dari:
a. Persediaan bahan mentah (raw materials)
Merupakan persediaan yang akan diproses menjadi barang jadi atau setengah jadi. Bahan mentah merupakan produk langsung dari kekayaan alam.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (componentas)
Merupakan persediaan barang-barang dari perusahaan lain yang terdiri dan beberapa bagian secara terurai untuk kemudian dirakit menjadi suatu produk.
c. Persediaan bahan pembantu ( supplies)
Merupakan persediaan bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari produk akhir perusahaan.
d. Persediaan barang dalam proses (work in process)
Merupakan persediaan barang yang telah selesai dalam suatu tahapan proses tetapi masih memerlukan proses lanjutan sebelum menjadi produk akhir dan perusahaan.
e. Persediaan barang jadi (finished goods)
Persediaan barang jadi merupakan barang yang sudah siap diproses dan siap untuk dijual.
Selanjutnya jika dilihat dan segi fungsi, maka persediaan dapat dibedakan atas:
1. Batch atau lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dan jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan pola untuk menghadapi penggunaan atau penjualan/permintaan yang meningkat.
6.2 Biaya-biaya yang Timbul Dari Adanya Persediaan
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa pengadaan persediaan dimaksudkan untuk menjamin kelancaran operasi perusahaan serta citra perusahaan dimata konsumen. Namun demikian pengadaan persediaan harus selalu memperhatikan keuntungan atau penghematan yang diraih perusahaan dengan adanya persediaan itu.
Sebab bagaimanapun pengadaan persediaan tersebut akan menimbulkan biaya-biaya tertentu.
Pada dasarnya unsur-unsur biaya yang terdapat dengan adanya persediaan terdiri dari :
a. Biaya pemesanan (Ordering Cost)
Merupakan biaya yang timbul berkenan dengan adanya pemesanan barang dari perusahaan kepada supplier. Yang termasuk kedalam kelompok biaya ini antara lain biaya administrasi pembelian, biaya pengangkutan, biaya bongkar, biaya penerimaan dan pemeriksaan. Dengan demikian biaya ini relatif konstan untuk tiap kali pemesanan.
b. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory Carrying Cost). Merupakan biaya yang timbul sebagai konsekuensi pengadaan sejumlah tertentu persediaan di perusahaan. Yang termasuk kelompok biaya ini antara lain biaya sewa gudang, gaji pengawas dan pelaksana gudang, biaya peralatan, asuransi dan lain-lain. Dengan demikian biaya ini tidak akan ada seandainya perusahaan tidak mengadakan persediaan.
c. Biaya kekurangan persediaan (Out of Stock Cost)
Merupakan biaya yang timbul akibat terlalu kecilnya persediaan dari yang seharusnya. Sehingga perusahaan terpaksa mencari tambahan persediaan baru. Dengan demikian perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan bila ingin memenuhi keinginan langganan atau biaya-biaya yang timbul dari pengiriman kembali pesanan bila pesanan ditolak.